Thursday, 5 September 2024

Eyang "Siu Ban Chi/Siu Ban Qi/Dewi Wiyan bin Syaich Betong/Bantong, Sang Selir Kesayangan Prabu Brawijoyo V Kertobhumi, Ibunda Raden Patah Ikut Ubah Sejarah Kerajaan Kesultanan Pulau Jawa

HARTABUTA ;

Jum'ah, 6-9-2024.

Deskripsi :

  1. Eyang Siu Ban Chi/Siu Ban Qi/Dewi Qiyan binti Eyang Syaich Betong/Bantong, Selir Kesayangan Prabu Brawijoyo V Kertobhumi berdarah China sebagai Puteri Champa II yang domisili di Nusantara masih Kerabat Bulik Kandungnya Sunan Ampel Raden Ahmad/'Alii Rohmatullooh yakni Eyang Isteri Permaisuri Prabu Brawijoyo V Kertobhumi bernama Eyang Andorowati/Duworowati, Puteri Champa I yang di antaranya punya Cicit bernama Sultan 'Abdur Rohmaan Haadiiwijoyo Mas Karebet Joko Tingkir, Sultan Pajang I. 
  2. Eyang Siu Ban Chi/Siu Ban Qi/Dewi Qiyan + Prabu Brawijoyo V Kertobhumi berputera Raden Patah/Raden 'Abdul Fattaah Hasan yang menjadi Sultan I Demak Bintoro bergelar Sultan Syah Alam Akbar. 
  3. Nyimas, Ratu Cempoko binti Sultan Trenggono Pajang III + Permaisuri II Ratu Panggung binti Sunan Kalijogo + Nyai Hafshoh binti Syaich 'Abdul Jalil menjadi Permaisuri Eyang Joko Tingkir. 
  4. Mereka semua merupakan sebagian Leluhur IKS & PP. Langitan Awwal Hingga Kini & Masa Yang Akan Datang. 


Sumber :

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02Wce4tLDGqYUFpb3GcC3u1WayiJsXsEktzSpVbMdBQBj4gFLxoYRe1jyAVhMDz7s9l&id=1504601566&sfnsn=wiwspwa&mibextid=VhDh1V


Siu Ban Ci, Selir Prabu Brawijaya Dari China yang Mengubah Sejarah Jawa


Prabu Brawijaya yang diduga merupakan raja terakhir Kerajaan Majapahit, jatuh cinta pada pandangan pertama, saat menatap gadis cantik bernama Siu Ban Ci. Gadis muslim berdarah China tersebut, datang ke Istana Majapahit untuk menemani ayahnya, Syekh Betong atau Tan Go Hwat.


Syekh Betong yang juga dikenal dengan nama Kyai Betong, datang menghadap Prabu Brawijaya di Istana Majapahit, untuk meminta izin berdagang di wilayah Keling. Syekh Bentong merupakan saudagar kaya, yang juga ulama besar. 


Saat menghadap ke Prabu Brawijaya, Syekh Bentong juga membawa berbagai seserahan, yakni batu giok dari China, kain sutra, keramik Tiongkok, dupa, dan mutiara. Tetapi, bukan seserahan itu yang membuat Prabu Brawijaya tertarik, melainkan dia terpikat oleh kecantikan Siu Ban Ci. 


Diam-diam, permaisuri Kerajaan Majapahit, Dewi Amarawati atau Putri Champa menaruh rasa cemburu saat menyaksikan Prabu Brawijaya mulai terpikat dengan Siu Ban Ci. Di tengah gemuruh rasa cemburu sang permaisuri, Prabu Brawijaya justru mempersilahkan Syekh Bentong bersama putrinya beristirahat di Puri Kanuruhan. 


Setelah beristirahat semalam di Puri Kanuruhan, Syekh Batong dipanggil untuk menghadap kembali kepada Prabu Brawijaya. Saat itulah, penguasa Majapahit itu menyampaikan niatnya untuk meminta putri Syekh Betong, Siu Ban Ci menjadi garwa ampeyan atau istri selirnya. 


Permintaan langsung dari Prabu Brawijaya itu, ternyata mendapatkan persetujuan dari Syekh Bentong. Bahkan, Siu Ban Ci akhirnya juga dibawa serta untuk menghadap Prabu Brawijaya. Kedatangan Siu Ban Ci ke Istana Majapahit, dibawa menggunakan tandu terbaik dari Puri Kanuruhan. 


Prabu Brawijaya sangat mencitai Siu Ban Ci, kondisi ini semakin membuat Dewi Amarawati dibakar cemburu dan amarah. Dalam Babad Tanah Jawi diceritakan, saat Dewi Amarawati belum juga memiliki keturunan, ternyata Siu Ban Ci justru sudah hamil dari buah cintanya dengan Prabu Brawijaya. 


Kehamilan Si Ban Ci semakin memperburuk hubungannya dengan Amarawati. Bahkan, secara terang-terangan Amarawati meminta Prabu Brawijaya untuk menceraikan Siu Ban Ci. Cinta yang sudah tumbuh di hati Prabu Brawijaya, tak dapat dipadamkan.


Prabu Brawijaya tak mampu menolak permintaan Permaisuri Amarawati. Siu Ban Ci akhirnya dikirim ke Palembang, dalam kondisi hamil tiga bulan. Siu Ban Ci dititipkan kepada Adipati Palembang, Arya Damar. 


Palembang kala itu masih masuk wilayah kekuasaan Majapahit. Di wilayah tersebut, juga sangat banyak penduduk asal China. Dengan menitipkan ke Arya Damar, Prabu Brawijaya berharap, Siu Ban Ci lebih betah hidup di Palembang. 


Arya Damar merupakan putra Raja Majapahit, Bathara Prabu Wikramawardhana dengan seorang selir yang juga berdarah China. Arya Damar yang terhitung masih paman dari Prabu Brawijaya, memiliki nama asli Swan Liong. 


Prabu Brawijaya akhirnya melepas kepergian wanita yang sangat dicintainya ke Palembang, dan merelakan Arya Damar menikahi Siu Ban Ci. Prabu Brawijaya memberi syarat kepada Arya Damar, agar Siu Ban Ci tidak diapa-apakan sebelum anak buah cintanya lahir. 


Bahkan, Prabu Brawijaya juga meminta agar bayi yang ada dalam kandungan Siu Ban Ci diberi nama Naraprakosa ketika kelak lahir di dunia. Nama Naraprakosa dipilih Prabu Brawijaya, karena memiliki arti laki-laki perkasa.


Setelah lahir, buah cinta Prabi Brawijaya dengan Siu Ban Ci tersebut, justru diberi nama Raden Hasan, dan memiliki nama China, Jin Bun. Saat beranjak dewasa, Raden Hasan melakukan perjalanan ke tanah Jawa, untuk menemui ayah kandungnya.


Saat Prabu Brawijaya atau Bhre Kertabhumi bertemu darah dagingnya, perasaannya begitu senang. Bahkan, penguasa Majapahit tersebut mengangkat Raden Hasan menjadi Adipati Demak. 


Prabu Brawijaya juga mengangkat adik tiri Raden Hasan, yang merupakan buah perkawinan Arya Damar dengan Siu Ban Ci, Raden Husain atau Raden Kusen sebagai Adipati Terung, yang dikemudian hari dikenal dengan nama Arya Pecattanda.


Sumber : sindonews.com


Mau barang2 jadul ada disini 👉🏻👉🏻https://s.shopee.co.id/2VYeKaYspz


Buku Sejarah Dunia Lengkap 👉🏻👉🏻https://s.shopee.co.id/7AKU066LbM


#kerajaan #tempodulu #selir


و الحمد للّه ربّ العالمين

صلّى اللّه على محمّد

Share:

0 comments:

Post a Comment